Semende Lembak Jaga Tradisi Bakar Tunam
RADARKAUR CO ID MUARA SAHUNG Masyarakat Suku Semende Lembak di Kecamatan Muara Sahung berupaya menjaga kelestarian tradisi bakar tunam atau lentera dari tempurung kelapa pada malam ke 27 bulan Ramadhan Tradisi yang biasa juga disebut nujuh likur ini sudah dilakukan turun temurun Karena malam itu dipercaya sebagai malam malam turunnya Lailatul Qadar Namun pada Kamis malam 28 4 lalu pada saat malam ke 27 tradisi ini mulai tak lagi dilakukan Tokoh pemuda Desa Ulak Bandung Kecamatan Muara Sahung Jumarlin 32 menyayangkan tak lagi dilakukan Padahal tradisi daerah ketika ia masih kecil disambut penuh kegembiraan oleh anak anak BACA JUGA Serba Gratis Pemudik Bisa Ngopi dan Istirahat di Pospam Polres Kaur Dulu ketika zaman saya kecil Kami berlomba lomba siapa yang membuat tunam paling tinggi Kami berkeyakinan yang banyak memasang itu akan betemu dengan malam Lailatul Qadar kata Jumarlin Jumat 28 4 Kearifan lokal membakar tunam ketika malam ke 27 Ramadan atau dalam bahasa setempat disebut Nujuh Likur Sejatinya memiliki makna mendam Tokoh adat Desa Ulak Bandung Fadul Manan 55 mengatakan tradisi yang diserap dari suku Melayu itu memiliki nilai kebijaksanaan kearifan dan kebaikan Jelasnya Terdapat dua alasan mengapa tradisi tersebut dinamakan nujuh likur Pertama pada zaman dahulu orang orang Melayu berbondong bondong datang menemui imam masjid guna membayar Zakat Fitrah Kedua malam 27 Ramadan itu berdasarkan penjelasan dan pengalaman para ulama terdahulu bahwa mereka sering menemukan malam Lailatul Qadar di saat malam Nujuh Likur tersebut Sangat disayangkan bila kearifan lokal ini mulai ditinggalkan Tradisi di bulan Ramadan ini dulu hampir dilakukan semua wilayah di Kabupaten Kaur Namun kini jarang ditemui sampai Fadul Manan yang juga guru Kuntau Semende Masih di kecamatan yang sama tokoh agama Desa Ulak Lebar Samsani 80 mengatakan membakar tunam juga kental dengan nilai moral dan spiritual Lampu tunam seperti mengingatkan bila bulan suci Ramadan akan segera berakhir maka umat Islam hendaknya lebih meningkatkan ibadah kepada Allah SWT Terlebih pada malam ganjil ini diyakini datangnya Lailatul Qadar Oleh karenanya tradisi itu menjadi symbol datangnya malam yang paling baik daripada seribu bulan Bila dimaknai mendalam Membakar tunam ini membawa kegembiraan karena sebentar lagi Idul Fitri Namun disisi lain muncul kesedihan bila Ramadan ini akan berakhir Sedang kita tak tahu apa tahun masih berjodoh atau tidak dengan bulan penuh berkah ini ungkapnya Ketika orang ini berharap kearifan lokal dengan nilai gotong royong kebersamaan serta menumbuhkan rasa syukur atas segala rezeki ini terus lestari Lewat nahkoda Pemerintah Desa Pemdes yie
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: